BAHASA PEMERSATU BANGSA DAN SASTRA MENGUBAH PERILAKU MANUSIA

DENGAN SEPENUH HATI SESARAT HORMAT

SELAMAT DATANG DI BLOG BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

WAHANA EDUKASI, INFORMASI, MEMBUKA CAKRAWALA LEWAT BAHASA DAN SASTRA

SEMOGA KITA BISA LEBIH BERMAKNA

Dasiman Adnan

Senin, 06 Oktober 2014

Strategi Pembelajaran

PENDEKATAN, METODE, TEKNIK, STRATEGI, MODEL, DAN KIAT PEMBELAJARAN
Dasiman dari Prof. Dandan

Konsep dasar seperti pendekatan, metode, teknik, strategi atau kiat dalam pembelajaran sewajibnya di kuasai benar oleh siapa pun yang telah mendapatkan pendidikan dari LPTK. Sebagai guru atau dosen strategi dan model pembelajaran,pendekatan yang aksiomatis (dapat diterima sebagai kebenaran tanpa suatu pembuktian), metode yang prosedural, dan teknik yang kondisiosituasional wajib untuk dikuasai.Oleh karena itu guru atau  dosen strategi dan model pembelajaran perlu menyamkan persepsi terkait pendekatan, metodologi dan beragam teknik.
                                                                         Strategi 
Strategi pembelajaran lebih berfungsi luas dan umum. Dapat diterapkan untuk berbagai mata pelajaran dari pada model pembelajaran yang terfokus khusus dan operasional, berlaku untuk mata pelajaran tertentu bahkan pokok bahasan tertentu.
                                                                       Pendekatan
Pendekatan pembelajaran merupakan pendirian, sikap, pikiran dasar, dan kesepakatan yang filosofis dalam upaya mencapai tujuan instruksional. Pendekatan berada pada tataran aksiomatis, seperti pendekatan humanistik, behavioristik, komunikatif, kontekstual, sistem, dan konstruktivistik
                                                                          Metode
Metode pembelajaran merupakan prosedur yang perlu ditempuh dari  tahap ke tahap yang berprerekuisit untuk mencapai tujuan tertentu, seperti  metode penelitian, karyawisata, dan demonstrasi, jelas urutan langkah-langkahnya dirancang dengan seksama.
                                                                          Teknik
Teknik dalam pembelajaran merupakan keperluan melakukan sesuatu yang tidak dirancang, bergantung pada situasi dan kondisi, seperti penjelasan, bertanya, demonstrasi, peragaan dalam rangka pembelajaran model tertentu.
                                                                          Kiat
Kiat mengajar sering diartikan seni mengajar . Kiat merupakan kemampuan khusus dan ciri khas seseorang dalam mengatasi sesuatu, termasuk dalam mengajar. Kiat mengajar merupakan inovasi khusus seseorang dalam memanfaatkan modal internal dan peluang eksternal secara kreatif. Misalnya memanfaatkan suaranya yang khas, kemampuan merespon, perhatian, kemampuan mengatur bicara dan emosinya, memanfaatkan pengalaman khusus yang jarang dimiliki orang, dan/atau memanfaatkan lingkungan secara kreatif.
                                                              Dasiman, 1 Maret 2010

Selasa, 23 September 2014

Balada Tai Sapi

GENERASI MUDA
Aset Bangsa yang Luar Biasa Nilainya

Dengan berfilsafat pada Tai Sapi, Ahmad Yusuf mengajak pada generasi muda, untuk mengambil peran dalam pembangunan di negeri tercinta Indonesia.

BALADA TAI SAPI
                          
Seonggok tai sapi
Yang terbengkalai di pinggir kali
Lalat-lalat mengelilingi
Hembusan angin menghantui
Tak hiraukan kanan dan kiri
Hanya menunggu terinjak kaki
Tak ada yang kan mengerti
Arti tai sapi
Hanya jiwa tersakiti
Yang bisa memahami
Kesengsaraan tai sapi
Hanya kali yang dapat memaknai
Arti aroma alami
Yang tersebar menerpa rumput tak berbunyi
Wahai pemuda pemudi ibu pertiwi
Jadilah seperti tai sapi
Suburkan segenap bumi
Tebarkan bau pemberani
Walau terik menerpa di siang hari

Ahmad Yusuf,, Smanca Kelas XII/IPS3 2005)

Puisi Wiji Thukul

WIJI THUKUL
Pembuka Cakrawala Pemikir Bangsa

            Reformasi di berbagai bidang dan diberbagai negara termasuk di Indonesia diawali dari sastra.  Salah satuunya, Wiji Thukul merupakan aktivis "98 yang lantang menghembuskan angin perjuangan. Melalui puisinya, Wiji Thukul berjuang. Wiji Thukul telah memberikan kontribusi reformasi untuk negeri ini. 
           Reformasi harus dibayar mahal. Wiji Thukul masih hidup atau pun sudah mati. Sampai hari ini tidak ada yang mengeri, Inilah puisi-puisi Wiji Thukul sebagai bahan kajian bagi akademisi, Setajam apakah kata-kata yang dipilihnya sehingga mengebiri penguasa negeri ini.

Darah Juang
di sini negeri kami
tempat padi terhampar luas
samuderanya kaya raya
tanah kami subur, Tuhan.
di negeri permai ini
berjuta rakyat bersimbah luka
anak kurus tak sekolah
pemuda desa tak kerja
mereka dirampas haknya
tergusur dan lapar
Bunda,relakan darah juang kami
‘tuk membebaskan rakyat
padamu kami berjanji
padamu kami berbakti
‘tuk membebaskan rakyat

Aku Masih Utuh dan Kata-kata Belum Binasa
aku bukan artis pembuat berita
tapi aku memang selalu kabar buruk buat
penguasa
puisiku bukan puisi
tapi kata-kata gelap
yang berkeringat dan berdesakan
mencari jalan
ia tak mati-mati
meski bola mataku diganti
ia tak mati-mati
meski bercerai dengan rumah
ditusuk-tusuk sepi
ia tak mati-mati
telah kubayar yang dia minta
umur-tenaga-luka
kata-kata itu selalu menagih
padaku ia selalu berkata
kau masih hidup
aku memang masih utuh
dan kata-kata belum binasa
Wiji Thukul.18 juni 1997

Suara-suara itu tak bisa dipenjarakan/di sana bersemayam kemerdekaan/apabila engkau memaksa diam/aku siapkan untukmu: pemberontakan!
Bunga dan Tembok
seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kau hendaki tumbuh
engkau lebih suka membangun
rumah dan merampas tanah
seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kau kehendaki adanya
engkau lebih suka membangun
jalan raya dan pagar besi
seumpama bunga
kami adalah bunga yang
dirontokkan di bumi kami sendiri
jika kami bunga
engkau adalah tembok itu
tapi di tubuh tembok itu
telah kami sebar biji-biji
suatu saat kami akan tumbuh bersama
dengan keyakinan: engkau harus hancur!
dalam keyakinan kami
di manapun-tirani harus tumbang!

Peringatan
jika rakyat pergi
ketika penguasa pidato
kita harus hati-hati
barangkali mereka putus asa
kalau rakyat bersembunyi
dan berbisik-bisik
ketika membicarakan masalahnya sendiri
penguasa harus waspada dan belajar mendengar
bila rakyat berani mengeluh
itu artinya sudah gawat
dan bila omongan penguasa
tidak boleh dibantah
kebenaran pasti terancam
apabila usul ditolak tanpa ditimbang
suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
dituduh subversif dan mengganggu keamanan
maka hanya ada satu kata: lawan!

Sampai di Luar Batas
kau lempar aku dalam gelap
hingga hidupku menjadi gelap
kau siksa aku sangat keras
hingga aku makin mengeras
kau paksa aku terus menunduk
tapi keputusan tambah tegak
darah sudah kau teteskan
dari bibirku
luka sudah kau bilurkan
ke sekujur tubuhku
cahaya sudah kau rampas
dari biji mataku
derita sudah naik seleher
kau menindas
sampai
di luar batas
Wiji Thukul,17 November 1996

Seorang Buruh Masuk Toko
masuk toko
yang pertama kurasa adalah cahaya
yang terang benderang
tak seperti jalan-jalan sempit
di kampungku yang gelap
sorot mata para penjaga
dan lampu-lampu yang mengitariku
seperti sengaja hendak menunjukkan
dari mana asalku
aku melihat kakiku - jari-jarinya bergerak
aku melihat sandal jepitku
aku menoleh ke kiri ke kanan - bau-bau harum
aku menatap betis-betis dan sepatu
bulu tubuhku berdiri merasakan desir
kipas angin
yang berputar-putar halus lembut
badanku makin mingkup
aku melihat barang-barang yang dipajang
aku menghitung-hitung
aku menghitung upahku
aku menghitung harga tenagaku
yang menggerakkan mesin-mesin di pabrik
aku melihat harga-harga kebutuhan
di etalase
aku melihat bayanganku
makin letih
dan terus diisap
10 September 1991

Bukan Kata Baru
ada kata baru kapitalis, baru? Ah tidak, tidak
sudah lama kita dihisap
bukan kata baru, bukan
kita dibayar murah
sudah lama, sudah lama
sudah lama kita saksikan
buruh mogok dia telpon kodim, pangdam
datang senjata sebataliyon
kita dibungkam
tapi tidak, tidak
dia belum hilang kapitalis
dia terus makan
tetes ya tetes tetes keringat kita
dia terus makan
sekarang rasakan kembali jantung
yang gelisah memukul-mukul marah
karena darah dan otak jalan
kapitalis
dia hidup
bahkan berhadap-hadapan
kau aku buruh mereka kapitalis
sama-sama hidup
bertarung
ya, bertarung
sama-sama?
tidak, tidak bisa
kita tidak bisa bersama-sama
sudah lama ya sejak mula
kau aku tahu
berapa harga lengan dan otot kau aku
kau tahu berapa upahmu
kau tahu
jika mesin-mesin berhenti
kau tahu berapa harga tenagamu
mogoklah
maka kau akan melihat
dunia mereka
jembatan ke dunia baru
dunia baru ya dunia baru.
Tebet 9/5/1992

Bukan di Mulut Politikus, Bukan di Meja SPSI
berlima dari solo berkeretaapi kelas ekonomi murah
tak dapat kursi melengkung tidur di kolong
pas tepat di kepala kami bokong-bong
kiri kanan telapak kaki tas sandal sepatu
tak apa di pertemuan ketemu lagi kawan
dari krawang-bandung-jakarta-jogya-tangerang
buruh pabrik plastik, tekstil, kertas dan macam-macam
datang dengan satu soal
dari jakarta pulang tengah malam dapat bis rongsok
pulang letih tak apa diri telah ditempa
sepanjang jalan hujan kami jongkok tempat duduk
nempel jendela
bocor
bocor
sepanjang jalan tangan terus mengelapi
agar pakeyan tak basah
dingin
dingin
tapi tak apa
diri telah ditempa
kepala dan dada masih penuh nyanyi panas
hari depan buruh di tangan kami sendiri
bukan di mulut politikus
bukan di meja spsi
Solo 14 Mei 1992

Penyair
jika tak ada mesin ketik
aku akan menulis dengan tangan
jika tak ada tinta hitam
aku akan menulis dengan arang
jika tak ada kertas
aku akan menulis pada dinding
jika aku menulis dilarang
aku akan menulis dengan
tetes darah!
sarang jagat teater
19 januari 1988

Apa Yang Berharga dari Puisiku
apa yang berharga dari puisiku
kalau adikku tak berangkat sekolah
karena belum membayar uang spp
apa yang berharga dari puisiku
kalau becak bapakku tiba-tiba
rusak jika nasi harus dibeli dengan uang
jika kami harus makan
dan jika yang dimakan tidak ada?
apa yang berharga dari puisiku
kalau bapak bertengkar dengan ibu
ibu menyalahkan bapak
padahal becak-becak terdesak oleh bis kota
kalau bis kota lebih murah siapa yang salah
apa yang berharga dari puisiku
kalau ibu dijeret utang
kalau tetangga dijiret uang?
apa yang berharga dari puisiku
kalau kami terdesak mendirikan rumah
di tanah pinggir-pinggir selokan
sementara harga tanah semakin mahal
kami tak mampu membeli
salah siapa kalau kami tak mampu beli tanah
apa yang berharga dari puisiku
kalau orang sakit mati di rumah
karena rumah sakit yang mahal?
apa yang berharga dari puisiku
yang kutulis makan waktu berbulan-bulan
apa yang bisa kuberikan
dalam kemiskinan
yang menjiret kami?
apa yang telah kuberikan
kalau penonton baca puisiku memberi keplokan
apa yang telah kuberikan
apa yang telah kuberikan
Wiji Thukul, Maret 1986

Warsini! Warsini!
Warsini! Warsini!
apa kamu sudah pulang kerja Warsini
apa kamu tak letih seharian berdiri di pabrik
ini sudah malam Warsini
apa celana dan kutangmu digeledah lagi
karena majikanmu curiga kamu membawa bungkusan moto
atau apakah kamu mampir di salon lagi
berapa utangmu minggu ini
apa kamu bingung hendak membagi gaji
ayolah warsini
kawan-kawan sudah datang
kita sudah berkumpul lagi disini
kita akan latihan drama lagi
ayolah Warsini
kamu nanti biar jadi mbok bodong
si Joko biar menjadi rentenirnya
jangan malu warsini
jangan takut dikatakan kemayu
kamu tak perlu minder dengan pekerjaanmu
biar kamu Cuma buruh
dan sd saja tak tamat
ayolah Warsini
mas Yanto juga tak sekolah Warsini
iapun Cuma tukan plintur
mami juga tak sekolah
kerjanya mbordir sapu tangan di rumah
Wahyuni juga tidak sekolah
bapaknya tak kuat bayar uang pangkal sma
partini penjahit pakaian jadi
di perusahaan milik tante Lili
kita sama sama tak sekolah Warsini
ayolah Warsini
ini sudah malam Warsini
ini malam minggu warsini
kami sudah menunggu di sini
Surakarta 9/1986

Balada Pak Bejo

Pak Bejo membentak bininya

“hari ini sepi!
Mbok bejo tak mau kalah:
“anak-anak minta baju seragam!
Pak bejo juga:
“aku sudah keliling kota
aku sudah kerja keras
tapi kalah dengan bis kota
hari ini aku cuma dapat uang setoran
mbok bejo tak mau mendengar

mbok bejo tetap marah
mbok bejo terus ngomel!

Pak bejo kesal

nyaut sarung kabur ke warung
nenggak ciu-berkonang
minum segelas
lalu sehelas lagi
kemudian hanyut bersama gending sarung jagung
bersama pak Kromo
bersama pak Wiryo
bersama pak Kerto
njoget tertawa mabuk
benak yang sumpeg dikibaskan
lepas bebas
lupa anak lupa hutang
lupa sewa rumah
lupa bayaran sekolah
lepas bebas
lenggak-lenggok gumpalan awan
bersama bintang-bintang

ketika bulan miring

Pak bejo mendengkur didepan pintu
sampai terang pagi
lalu istrinya melotot lagi

Solo, Juli 88


Nyanyian Akar Rumput
jalan raya dilebarkan
kami terusir
mendirikan kampung
digusur
kami pindah-pindah
menempel ditembok-tembok
dicabut
terbuang
kami rumput
butuh tanah
dengar!
ayo gabung ke kami
biar jadi mimpi buruk presiden!

Ibu
jika kau menagih baktiku
itu sudah kupersembahkan ibu
waktu hidup tak kubiarkan beku
itulah tanda baktiku kepadamu
gula dan teh memang belum kuberikan
tetapi nilai hidup adakah di dalam nasi semata
apakah anak adalah tabungan
bisa sesuka hati dipecah kapan saja
apakah kelahiran cuma urusan untung dan laba
tumpukan budi yang harus dibayar segera
jalan mana harus ditempuh anak
jika bukan yang biasa dan sudah dipilih
oleh yang berjalan itu sendiri

E d a n
sudah dengan cerita Mursilah?
edan!
dia dituduh maling
karena mengumpulkan serpihan kain
dia sambung-sambung jadi mukena
untuk sembahyang
padahal mukena tak dibawa pulang
padahal mukena dia taroh
di tempat kerja
edan!
sudah diperas
dituduh maling pula
sudah dengan cerita santi?
edan!
karena istirahat gaji dipotong
edan!
karena main kartu
lima kawannya langsung dipecat majikan
padahal tak pakai wang
padahal pas waktu luang
edan!
kita mah bukan sekrup

Leuwigajah
Leuwigajah berputar
dari pagi sampai pagi
jalan-jalan gemetar
debu-debu membumbung
dari knalpot kendaraan pengangkut
mesin-mesin terus membangunkan
buruh-buruh tak berkamar-mandi
tidur jejer berjejer alas tikar
tanpa jendela tanpa cahaya matahari
lantai dinding dingin lembab pengap
lidah-lidah penghuni rumah kontrak
terus menyemburkan cerita buruk:
lembur paksa sampai pagi - upah rendah
jari jempol putus - kecelakaan-kecelakaan
kencing dilarang - sakit ongkos sendiri
mogok? pecat!
seperti nyabuti bulu ketiak
tubuh-tubuh muda
terus mengalir ke Leuwigajah
seperti buah-buah disedot vitaminnya
mesin-mesin terus menggilas
memerah tenaga murah
satu kali dua puluh empat jam
masuk - absen - tombol ditekan
dan truk-truk pengangkut produksi
meluncur terus ke pasar
Leuwigajah tak mau berhenti
dari pagi sampai pagi
cerobong asap terus mengotori langit
limbah mengental selokan berwarna
Leuwigajah terus minta darah tenaga muda
Leuwigajah makin panas
berputar dan terus menguras
tenaga-tenaga murah
Bandung-Solo 21 Mei - 16 Jun

Leuwigajah Masih Haus
leuwigajah tak mau berhenti
dari pagi sampai pagi
bis-bis-mobil pengangkut tenaga murah
bikin gemetar jalan-jalan
dan debu-debu tebal membumbung
mesin-mesin tak mau berhenti
membangunkan buruh tak berkamar-mandi
tanpa jendela tanpa cahaya matahari
jejer berjejer alas tikar
lantai dinding dingin lembab pengap
mulut lidah-lidah penghuni rumah kontrak
terus bercerita buruk
lembur paksa sampai pagi
tubuh mengelupas-jari jempol putus - upah rendah
mogok - pecat
seperti nyabuti bulu ketiak
tubuh-tubuh muda
terus mengalis ke leuwigajah
seperti buah-buah disedot vitaminnya
mesin-mesin terus menggilas
memerah tenaga murah
satu kali duapuluhempat jam
masuk - absen - tombol ditekan
dan truk-truk pengangkut produksi
meluncur terus ke pasar
leuwigajah tak mau berhenti
dari pagi sampai pagi
asap crobong terus kotor
selokan air limbah berwarna
mesin-mesin tak mau berhenti
terus minta darah tenaga muda
leuwigajah makin panas
berputar dan terus menguras
Bandung 21 Mei 1992

begitu panjang riwayat bangsa tetapi hati ini kita baru pandai memuja masa lalu, mengelus-elus borobudur mendewakan nilai semu
Biarkanlah Jiwamu Berlibur Hei Penyair, Mei 1985
demi hutan air
ibu bumi kami
gagah berani
kakek nenek kami
menyerahkan riwayatnya
pada batang –batang pohon
sebesar seratus dekapan
pada sampan-sampan lincah
dari hulu ke hilir
memburu dada penjajah
bukan siapa-siapa
kakek nenek kamilah
yang merebut tanah air
tanyakan kepada yang mampu membaca
tanyakan kepada yang tak berpura-pura siapa…..
dizaman kerja paksa rakyat membikin anyer panarukan
dengan air mata bangkainya
di zaman romusha jepang menanam kapas dengan
tangan rakyat kita
dalan dua perang dunia tak tahu apa-apa
pada upacara kemerdekaan bangsa kita selalu kita sebut
nama-nama agung
tetapi sejarah tahu berapa juta ember darah siapa
ditenggak sudah hidup hari ini
Catatan, tanpa tahun
gerimis menderas tengah malam ini
dingin dari telapak kaki hingga ke sendi-dendi
dalam sunyi hati menggigit lagi
ingat
saat pergi
dan pipi kananmu
kucium
tak sempat mencium anak-anak
khawatir
membangunkan tidurnya (terlalu nyenyak)
bertanya apa mereka saat terjaga
akau tak ada (seminggu sudah itu
sebulan sesudah itu
dan ternyata lebih panjang dari dari yang kalian harapkan)
dada mengepal perasaan
waktu itu
cuma terbisik beberapa patah kata
di depan pintu
kaulepas aku
meski matamu tak terima
karena waktu sempit
aku harus gesit
genap ½ tahun aku pergi
aku masih bisa merasakan
bergegasnya pukulan jantung
dan langkahku
karena penguasa fasis
yang gelap mata
aku pasti pulang
mungkin tengah malam ini
mungkin subuh hari
pasti
dan mungkin
tapi jangan
kau tunggu
aku pasti pulang dan pasti pergi lagi
karena hak telah dikoyak-koyak
tidak di kampus
tidak di pabrik
tidak di pengadilan
bahkan rumah pun mereka masuki
muka kita sudah diinjak
kalau kelak anak-anak bertanya mengapa
dan aku jarang pulang
katakan ayahmu tak ingin jadi pahlawan
tapi di paksa menjadi penjahat
oleh penguasa
yang sewenang-wenang
kalau mereka bertanya
“apa yang kau cari?”
jawab dan katakan
dia pergi untuk merampok
haknya yang dirampas dan dicuri
catatan, 15 Januari 1997
bulan malam membuka mataku
merambati wuwungan rumah-rumah bambu
yang rendah dan yang miring
di muka parit yang suka banjir
membayanglah masa depan
rumah-rumah bambu
yang rendah dan yang miring
lentera minyak gemetar merabamu
penggembara oh penggembara yang nyenyak
bulan malam menggigit batinku
mulutnya lembut seperti pendeta tua
menggulurkan lontaran nasibmu
o tanah-tanah yang segera rata
berubahlah menjadi pabrik-pabriknya
kita pun kembali bergerak seperti jamur
liar di pinggir-pinggir kali
menjarah tanah-tanah kosong
mencari tanah pemukiman disini
beranak cucu melahirkan anak suku-suku terasing
yang akrab derngan peluh dan matahari
di tanah negri ini milikmu cuma tanah air
Di Tanah Negeri ini Milikmu Cuma Tanah Air, tanpa tahun
kamu memang punya tank
tapi salah besar kamu
kalau karena itu
aku lantas manut
andai benar
ada kehidupan lagi nanti
setelah kehidupan ini
maka akan kuceritakan kepada semua makhluk
bahwa sepanjang umurmu dulu
telah kuletakkan rasa takut itu ditumitku
dan kuhabiskan hidupku
untuk menentangmu
hei penguasa zalim
Puisi sikap, 24 Januari 1997
kau adalah kemarau panjang
yang hanya membawa kematian
kepada daun, bunga, dan
ikan-ikan di sungai
kampung tercinta
karena kau adalah kemarau
maka airmata kami akan
menggenangi bumi
jadi embun
naik ke langit, jadi awan-awan
dan dengarlah gemuruh kami
sebagai hujan turun
mengusirmu dari sini!

Darman
desa yang tandus ditinggalkannya
kota yang ganas mendupak nasibnya
tetapi ia lelaki perkasa
kota keras
hatinya pun karang
bergulat siang malam
Darman kini lelaki perkasa
masa remaja belum habis direguknya
Tukini setia terlanjur jadi bininya
kini Darman digantungi lima jiwa
Darman yang perkasa
kota yang culas tidak akan melampus hidupnya
tetapi kepada tangis anak-anaknya
tidak bisa menulikan telinga
lelaki, ya Darman kini adalah lelaki
perkasa, ya Darman kini adalah lelaki perkasa
ketika ia dijebloskan ke dalam penjara
Tukini setia menangisi keperkasaannya
ya merataplah Tukini
di dalam rumah yang belum lunas sewanya
di amben bambu wanita itu tersedu
sulungnya terbaring diserang kolera
Tukini yang hamil buncit perutnya
nyawa di kandungan anak kelima
Inside Indonesia, no.12 Oktober 1987
Jakarta simpang siur
ormas-ormas tiarap
tiap dengar berita
pasti ada aktivis ditangkap
telepon-telepon disadap
koran-koran disumbat
rakyat was-was dan pengap
diam-diam orang cari informasi
dari radio luar negeri
“jangan percaya
pada berita mass media cetak
dan elektronika asing!”
Penguasa berteriak-teriak setiap hari
nasionalismenya mirip-mirip Nazi
Agustus 1996
kekuasaan yang sewenang-wenang
membuat rakyat selalu berjaga-jaga
dan tak bisa tidur tenang
sampai mereka sendiri lupa
batas usianya tiba
dan dalam diamnya
rakyat ternyata bekerja
menyiapkan liang kuburnya
lalu mereka bersorak
ini kami siapkan untukmu tiran!
penguasa yang lalim
ketika mati tak ditangisi rakyatnya
sungguh memilukan
kematian yang disyukuri dengan tepuk tangan
11 Agustus 1996
para jendral marah-marah
pagi itu kemarahannya disiarkan oleh televisi.
tapi aku tidur. Istriku yang menonton.
istriku kaget. Sebab seorang letnan jendral menyeret-nyeret namaku.
dengan tergopoh-gopoh selimutku ditarik-tariknya.
dengan mata masih lengket aku bertanya: mengapa?
hanya beberapa patah kata keluar dari mulutnya:
“Namamu di televisi…”
kalimat itu terus dia ulang seperti otomatis.
aku tidur lagi dan ketika bangun wajah jendral itu
sudah lenyap dari televisi. Karena acara sudah diganti.
aku lalu mandi. Aku hanya ganti baju. Celananya tidak.
aku memang lebih sering ganti baju ketimbang celana.
setelah menjemur handuk aku ke dapur.
seperti biasa mertuaku yang setahun lalu ditinggal mati suaminya itu,
telah meletakkan gelas
berisi teh manis.
seperti biasanya ia meletakkan di sudut meja kayu panjang itu,
dalam posisi yang gampang diambil.
istriku sudah mandi pula. Ketika berpapasan denganku kembali
kalimat itu meluncur, “namamu di televisi…”
ternyata istriku jauh lebih cepat mengendus bau kekejaman kekuasaan itu daripada aku.
12 Agustus 1996
wani
bapakmu harus pergi
kalau teman-temanmu tanya
kenapa bapakmu dicari-cari polisi
jawab saja:
“karena bapakku orang berani”
kalau nanti ibu didatangi polisi lagi
menangislah sekuatmu
biar tetanggamu kanan-kiri datang
dan mengira ada pencuri masuk rumah kita

Sajak Suara
sesungguhnya suara itu tak bisa diredam
mulut bisa dibungkam
namun siapa mampu menghentikan nyanyian bimbang
dan pertanyaan-pertanyaan dari lidah jiwaku?!
suara-suara itu tak bisa dipenjarakan
di sana bersemayam kemerdekaan
apabila engkau memaksa diam
aku siapkan untukmu: pemberontakan!
sesungguhnya suara itu bukan perampok
yang ingin merayah hartamu
ia ingin bicara
mengapa kau kokang senjata
dan gemetar ketika suara-suara itu
menuntut keadilan?!
sesungguhnya suara itu akan menjadi kata
ialah yang mengajari aku bertanya
dan pada akhirnya tidak bisa tidak
engkau harus menjawabnya
apabila engkau tetap bertahan
aku akan memburumu seperti kutukan!

Tujuan Kita satu Ibu
kutundukkan kepalaku,
bersama rakyatmu yang berkabung
bagimu yang bertahan di hutan
dan terbunuh di gunung
di timur sana
di hati rakyatmu,
tersebut namamu selalu
di hatiku
aku penyair mendirikan tugu
meneruskan pekik salammu
“a luta continua.”
kita tidak sendirian
kita satu jalan
tujuan kita satu ibu pembebasan!
Kutundukkan kepalaku
kepada semua kalian para korban
sebab hanya kepadamu kepalaku tunduk
kepada penindas
tak pernah aku membungkuk
aku selalu tegak
4 Juli 1997

Sajak Ibu
ibu pernah mengusirku minggat dari rumah
tetapi menangis ketika aku susah
ibu tak bisa memejamkan mata
bila adikku tak bisa tidur karena lapar
ibu akan marah besar
bila kami merebut jatah makan
yang bukan hak kami
ibuku memberi pelajaran keadilan
dengan kasih sayang
ketabahan ibuku
mengubah sayur murah
jadi sedap
dengan kebajikan
ibu mengenalkanku kepada tuhan

Kucing, Ikan Asin, dan Aku
seekor kucing kurus
menggondol ikan asin
laukku untuk siang ini
aku meloncat
kuraih pisau
biar kubacok ia
biar mampus
ia tak lari
tapi mendongak
menatapku tajam
mendadak
lunglai tanganku
-aku melihat diriku sendiri!
lalu kami berbagi
kuberi ia kepalanya
(batal nyawa melayang)
aku hidup ia hidup
kami sama-sama makan

Buron
baju lain celana lain
potongan rambut lain
buku yang dibaca lain
bahan percakapan lain
nama lain
identitas lain
ekspresi lain
menjadi diri sendiri
adalah tindakan subversi
di negeri ini
maka selalu siaga
polisi tentara
hukum dan penjara
bagi siapa saja
yang menolak
menjadi orang lain
20 September 1996

Makin Terang Bagi Kami
tempat pertemuan kami sempit

bola lampu kecil cahaya sedikit
tapi makin terang bagi kami
tangerang – solo – jakarta kawan kami
kami satu : buruh

kami punya tenaga

tempat pertemuan kami sempit

di langit bintang kelap-kelip
tapi makin terang bagi kami
banyak pemogokan di sanasini

tempat pertemuan kami sempit

tapi pikiran ini makin luas
makin terang bagi kami
kegelapan disibak tukar-pikiran

kami satu : buruh

kami punya tenaga

tempat pertemuan kami sempit

tanpa buah cuma kacang dan air putih
tapi makin terang bagi kami
kesadaran kami tumbuh menyirami

kami satu : buruh

kami punya tenaga

jika kami satu hati

kami tahu mesin berhenti
sebab kami adalah nyawa
yang menggerakkannya
Bandung 21 Mei 1992

Satu Mimpi Satu Barisan
di lembang ada kawan sofyan
jualan bakso kini karena dipecat perusahaan
karena mogok karena ingin perbaikan
karena upah ya karena upah
di ciroyom ada kawan sodiyah
si lakinya terbaring di amben kontrakan
buruh pabrik teh
terbaring pucet dihantam tipes
ya dihantam tipes
juga ada neni
kawan bariah
bekas buruh pabrik kaos kaki
kini jadi buruh di perusahaan lagi
dia dipecat ya dia dipecat
kesalahannya : karena menolak
diperlakukan sewenang-wenang
di cimahi ada kawan udin buruh sablon
kemarin kami datang dia bilang
umpama dironsen pasti nampak
isi dadaku ini pasti rusak
karena amoniak ya amoniak
di cigugur ada kawan siti
punya cerita harus lembur sampai pagi
pulang lunglai lemes ngantuk letih
membungkuk 24 jam
ya 24 jam
di majalaya ada kawan eman
buruh pabrik handuk dulu
kini luntang-lantung cari kerjaan
bini hamil tiga bulan
kesalahan : karena tak sudi
terus diperah seperti sapi
di mana-mana ada sofyan ada sodiyah ada bariyah
tak bisa dibungkam kodim
tak bisa dibungkam popor senapan
di mana-mana ada neni ada udin ada siti
di mana-mana ada eman
di bandung – solo – jakarta – tangerang
tak bisa dibungkam kodim
tak bisa dibungkam popor senapan
satu mimpi
satu barisan
Bandung 21 Mei 1992
apa guna punya ilmu tinggi
kalau hanya untuk mengibuli
apa guna banyak baca buku
kalau mulut kau bungkam melulu
di mana-mana moncong senjata
berdiri gagah kongkalikong
dengan kaum cukong . . .
. . . sajakku
adalah kebisuan
yang sudah kuhancurkan
sehingga aku bisa mengucapkan
dan engkau mendengarkan
sajakku melawan kebisuan

Di saat akan Pemilu
satu, dua ataupun tiga
semua sama bohongnya,
milih boleh, tidak memilih boleh,
jangan memaksa, itu hak gue
Satu, Dua dan Tiga, Wiji Thukul, 1992
ya,ya Bagong namanya, pemilu kemarin besar jasanya
Bagong ya Bagong, tapi Bagong sudah mati,
pada suatu pagi, mayatnya ditemukan di tepi rel kereta api…
Sajak Bagong
di tanah ini terkubur orang-orang yang sepanjang hidupnya memburuh,
terhisap dan menanggung hutang
di sini, gali-gali, tukang becak, orang-orang kampung,
yang berjasa dalam setiap pemilu
terbaring, dan keadilan masih saja janji
Kuburan Purwoloyo
kudengar dari mulut seorang kawanku,
dia diinterogasi dipanggil gurunya, karena ikut kampanye PDI,
dan di kampungku ibu RT tak mau menegur sapa warganya hanya karena ia GOLKAR
ada juga kontestan yang nyogok tukang-tukang becak,
akibatnya dalam kampanye banyak yang mencak-mencak
di radio aku mendengar berita-berita
tapi aku jadi muak karena isinya kebohongan yang tak menyatakan kenyataan,
untunglah warta berita segera bubar,
acara yang kutungu-tunggu dating: dagelan!
Aku Lebih Suka Dagelan
kami tak percaya lagi pada itu,
partai politik,
omongan kerja mereka tak bisa bikin perut kenyang,
mengawang jauh dari kami punya persoalan
bubarkan saja itu komidi gombal,
kami ingin tidur pulas,
utang lunas,
betul-betul merdeka,
tidak tertekan,
Tegasnya = aku menuntut perubahan!
Aku Menuntut Perubahan, 1992
Bila tiba harinya, hari coblosan
Aku tak akan ikut berbondong-bondong
Ke tempat pemungutan suara
Aku tidak akan dating
Aku tidak akan menyerahkan suaraku
Aku tidak akan ikutan masuk ke dalam kotak suara itu
Pemilu
O pilu pilu
Hari Ini Aku Akan Bersiul-Siul


Minggu, 21 September 2014

Pengantar Apresiasi Puisi

MENGENAL PUISI

(Sebuah Pengantar Apresiasi)
Puisi adalah secangkir kopi pahit yang diminum pagi hari. Puisi dikomparasikan sebagaimana secangkir kopi. Penikmat puisi tidak akan jenuh membaca puisi secara berulang-ulang. Penikmat kopi, akan menikmati secangkir kopi dengan meminumnya secara berulang-ulang juga. Tidaklah salah, Mursal Esten dalam pengantar sejarah sastra (1978:8) menyebutkan bahwa puisi lebih mementingkan intensitas dan konsentrasi. Jadi, memahami puisi itu asyik sebagaimana menikmati secangkir kopi pahit. Berikut hal ikhwal tentang puisi dari file tercecer. Semoga bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Amin (P.Das).

Pengertian

Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1980:10).
Menurut Vicil C. Coulter, kata poet berasal dari kata bahasa Gerik yang berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa Gerik, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir menyerupai dewa-dewa atau orang yang amat suka pada dewa-dewa. Dia adalah orang yang mempunyai penglihatan yang tajam, orang suci, yang sekaligus seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi (Situmorang, 1980:10).

Beberapa Pengertian Lain.

1. Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait.
2. Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat di mana kata-katanya condong pada makna konotatif.
3. Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin.
4. William Wordsworth (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, memperoleh asalnya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian.
5.  Percy Byssche Shelly (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling senang dari pikiran-pikiran yang paling senang.
6. Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama.
7. Lescelles Abercrombie (Sitomurang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang mempergunakan setiap rencana yang matang serta bermanfaat.
Perbedaan Puisi dan Prosa

HB. Jassin (1953:54) mengatakan bahwa untuk mendefinisikan puisi, puisi itu harus dikaitkan dengan definisi prosa. Prosa merupakan pengucapan dengan pikiran, sedangkan puisi merupakan pengucapan dengan perasaan.
Rahmanto dan Dick Hartoko (1986) mengatakan bahwa puisi merupakan lawan terhadap prosa. Ungkapan bahasa yang terikat (puisi), lawan ungkapan bahasa yang tidak terikat (prosa). Keterikatan oleh paralelisme, metrum, rima, pola bunyi, dsb. Pada sastra modern perbedaan puisi dan prosa sangat kabur.
Luxemburg (1992) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan teks puisi adalah teks-teks monolog yang isinya tidak pertama-tama merupakan sebuah alur. Selain itu teks puisi bercirikan penyajian tipografik tertentu. Tipografik ini merupakan ciri yang paling menonjol dalam puisi. Apabila kita melihat teks yang barisnya tidak selesai secara otomatis kita menganggap bahwa teks tersebut merupakan teks puisi.
Rachmad Djoko Pradopo (1987) mengatakan bahwa dewasa ini orang mengalami kesulitan dalam membedakan puisi dan prosa hanya dari bentuk visualnya sebagai sebuah karya tertulis. Sampai-sampai sekarang ini dikatakan bahwa niat pembacalah yang menjadi ciri sastra utama.
Alterbern (dalam Pradopo, 1987) mengatakan bahwa puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran dalam bahasa berirama. Ada tiga unsur pokok dalam puisi yaitu pemikiran/ide/emosi, bentuk, dan kesan. Jadi puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan bahasa yang berirama.
Slametmulyana (1956:112) mengatakan bahwa ada perbedaan pokok antara prosa dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan puisi adalah kesatuan akustis. Kedua puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang disebut baris sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.
Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan prosa dan puisi bukan pada bahannya, melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil aktivitas pemadatan, yaitu proses penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu memadatkannya (kondensasi). Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara menyebarkan kesan-kesan dari ingatan (Djoko Pradopo, 1987).
Perbedaan lain terdapat pada sifat. Puisi merupakan aktivitas yang bersifat pencurahan jiwa yang padat, bersifat sugestif dan asosiatif. Sedangkan prosa merupakan aktivitas yang bersifat naratif, menguraikan, dan informatif (Pradopo, 1987). Perbedaan lain yaitu puisi menyatakan sesuatu secara tidak langsung, sedangkan prosa menyatakan sesuatu secara langsung.

Unsur Pembentuk Puisi

Ada beberapa pendapat tentang unsur-unsur pembentuk puisi. Salah satunya adalah pendapat I.A. Richard. Dia membedakan dua hal penting yang membangun sebuah puisi yaitu hakikat puisi (the nature of poetry), dan metode puisi (the method of poetry). Hakikat puisi terdiri dari empat hal pokok, yaitu
Sense (Tema, Arti)
Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari, menafsirkan).
Feling (Rasa)

Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan.
Tone (Nada)

Yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif.
Intention (Tujuan)

Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadang-kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut penyair.Untuk mencapai maksud tersebut, penyair menggunakan sarana-sarana. Sarana-sarana tersebutlah yang disebut metode puisi. Metode puisi terdiri dari:
Diction (Diksi)

Diksi adalah pilihan atau pemilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair dengan secermat mungkin. Penyair mencoba menyeleksi kata-kata baik kata yang bermakna denotatif maupun konotatif sehingga kata-kata yanag dipakainya benar-benar mendukung maksud puisinya.
Imageri (Imaji, Daya Bayang)

Yang dimaksud imageri adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Maka penyair menggunakan segenap kemampuan imajinasinya, kemampuan melihat dan merasakannya dalam membuat puisi.
Imaji disebut juga citraan, atau gambaran angan. Ada beberapa macam citraan, antara lain
1. Citra penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan dengan indra penglihatan.
2. Citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan indra pendengaran.
3.   Citra penciuman dan pencecapan, yaitu citraan yang timbul oleh penciuman dan pengecapan.
4.   Citra intelektual, yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual/pemikiran..
5.  Citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak bergerak tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak.
6.    Citra lingkungan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran lingkungan.
7.    Citra kesedihan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran kesedihan
The Concrete Word (Kata-Kata Kongkret)

Yang dimaksud the concrete word adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama tetapi secara konotatif mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Slametmulyana menyebutnya sebagai kata berjiwa, yaitu kata-kata yang telah dipergunakan oleh penyair, yang artinya tidak sama dengan kamus.
Figurative Language (Gaya Bahasa)

Adalah cara yang dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imaji dengan menggunakan gaya bahasa, perbandingan, kiasan, pelambangan dan sebagainya.
Jenis-jenis Gaya Bahasa
1.  Perbandingan (simile), yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, umpama, laksana, dll.
2.  Metafora, yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tanpa mempergunakan kata-kata pembanding.
3.  Perumpamaan epos (epic simile), yaitu perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingannya dalam kalimat berturut-turut.
4.   Personifikasi, ialah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia di mana benda mati dapat berbuat dan berpikir seperti manusia.
5.    Metonimia, yaitu kiasan pengganti nama.
6.  Sinekdoke, yaitu bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting untuk benda itu sendiri.
7.    Allegori, ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan, merupakan metafora yang dilanjutkan.
Ritme dan Rima (Irama dan Sajak)

Irama ialah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembutnya ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Irama dibedakan menjadi dua:
1.    Metrum, yaitu irama yang tetap, menurut pola tertentu.
2.  Ritme, yaitu irama yang disebabkan perntentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur.
3. Irama menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tidak terputus dan terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji) yang jelas dan hidup. Irama diwujudkan dalam bentuk tekanan-tekanan pada kata. Tekanan tersebut dibedakan menjadi tiga,
a.    Dinamik, yaitu tyekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu.
b.    Nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara.
c.    Tempo, yaitu tekanan cepat lambatnya pengucapan kata.
4.  Rima adalah persamaam bunyi dalam puisi. Dalam rima dikenal perulangan bunyi yang cerah, ringan, yang mampu menciptakan suasana kegembiraan serta kesenangan. Bunyi semacam ini disebut euphony. Sebaliknya, ada pula bunyi-bunyi yang berat, menekan, yang membawa suasana  kesedihan. Bunyi semacam ini disebut cacophony.
Persajakan berdasarkan Jenisnya
1.   Rima sempurna, yaitu persama bunyi pada suku-suku kata terakhir.
2.   Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir.
3.  Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara mutlak (suku kata sebunyi)
4.  Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau dengan vokal sama.
5.   Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan).
6.  Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris yang sama atau baris yang berlainan.
7.   Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah kata.
8.    Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapaat pada huruf-huruf mati/konsonan.
Rima berdasarkan Letaknya
1.    Rima awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi.
2.    Rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi.
3.    Rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap bait puisi.
4.    Rima tegak yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bait-bait puisi yang dilihat secara vertikal.
5.    Rima datar yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada baris puisi secara horisontal.
6.  Rima sejajar, yaitu persamaan bunyi yang berbentuk sebuah kata yang dipakai berulang-ulang pada larik puisi yang mengandung kesejajaran maksud.
7. Rima berpeluk, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dan larik keempat, larik kedua dengan lalrik ketiga (ab-ba)
8.   Rima bersilang, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dengan larik ketiga dan larik kedua dengan larik keempat (ab-ab).
9.   Rima rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir semua larik (aaaa).
10.   Rima kembar/berpasangan, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir dua larik puisi (aa-bb)
11.   Rima patah, yaitu persamaan bunyi yang tersusun tidak menentu pada akhir larik-larik puisi (a-b-c-d).
Pendapat lain dikemukakan oleh Roman Ingarden dari Polandia. Orang ini mengatakan bahwa sebenarnya karya sastra (termasuk puisi) merupakan struktur yang terdiri dari beberapa lapis norma. Lapis norma tersebut adalah
1.    Lapis bunyi (sound stratum)
2.    Lapis arti (units of meaning)
3.    Lapis obyek yang dikemukakan atau “dunia ciptaan”
4.    Lapis implisit
5.    Lapis metafisika (metaphysical qualities)
Parafrase Puisi

Yang dimaksud parafrase adalah mengubah  puisi menjadi bentuk sastra lain (prosa). Hal itu berarti bahwa puisi yang tunduk pada aturan-aturan puisi diubah menjadi prosa yang tunduk pada aturan-aturan prosa tanpa mengubah isi puisi tersebut.
Perlu diketahui bahwa parafrase merupakan metode memahami puisi, bukan metode membuat karya sastra. Dengan demikian, memparafrasekan puisi tetap dalam kerangka upaya memahami puisi.
Ada Dua Metode Parafrase Puisi
1.  Parafrase terikat, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan cara menambahkan sejumlah kata pada puisi sehingga kalimat-kalimat puisi mudah dipahami. Seluruh kata dalam puisi masih tetap digunakan dalam parafrase tersebut.
2.  Parafrase bebas, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan kata-kata sendiri. Kata-kata yang terdapat dalam puisi dapat digunakan, dapat pula tidak digunakan. Setelah kita membaca puisi tersebut kita menafsirkan secara keseluruhan, kemudian menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri.

SOAL LATIHAN
Pertanyaan
1.    Citraan apa yang dominan dalam penggalan puisi di bawah ini!
2.    Gaya bahasa apakah yang dominan dalam penggalan puisi di bawah ini!
3.    Rima jenis manakah yang terdapat dalam penggalan puisi di bawah ini!
4.    Bagaimanakah feeling dalam penggalan puisi di bawah ini?
5.    Bagaimanakah tone dalam penggalan puisi di bawah ini?
6.   Apakah pokok persoalan yang ingin dikemukakan pengarang dalam penggalan puisi di bawah ini?

Penggalan Puisi
laksana bintang berkilat cahaya,
di atas langit hitam kelam,
sinar berkilau cahya matamu,
menembus aku ke jiwa dalam
(Sebagai Dahulu, Aoh Kartahadimadja)
Dua puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu menguapkan bau tanah
(Nyanyian Suto untuk Fatima, Rendra)
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
Menyinggung muram, desir hari lari benerang
Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
Dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak
(Senja di Pelabuhan Kecil, Chairil Anwar)
Betsyku bersih dan putih sekali
Lunak dan halus bagaikan karet busa.
Rambutnya merah tergerai
Bagai berkas benang-benang rayon warna emas.
Dan kakinya sempurna
Singsat dan licin
Bagaikan ikan salmon
(Rick dari Corona, Rendra)
Engkau ibarat kolam di tengah-tengah belukar
Berteriak-teriak tenang
Membiarkan nyiur sepasang
Berderminkan diri ke dalam
Airmu …
(Engkau, Walujati)
Aku sudah saksikan
Senja kekecewaan dan putus asa yang bikin tuhan Juga turut tersedu
Membekukan berpuluh nabi, hilang mimpi dalam kuburnya.
(Fragment, Chairil Anwar)
Seruling di pasir tipis, merdu
Antara gundukan pepohonan pina
Tembang menggema di dua kaki
Burangrang – Tangkaubanperahu
(Tanah Kelahiran, Ramadhan KH)
Tetapi istriku terus berbiak
Seperti rumput di pekarangan mereka
Seperti lumut di tembok mereka
Seperti cendawan di roti mereka
Sebab bumu hitam milik kami.
Tambang intan milik kami
Gunung natal milik kami
(Afrika Selatan, Subagio Sastrowardjoyo)
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerlu lagu
Menarik menari seluruh aku
(Sajak Putih, Chairil Anwar)
Maka dalam blingsatan
Ia bertingkah bagai gorilla
Gorilla tua yang bongkok
Meraung-raung
Sembari jari-jari galak di gitarnya
Mencakar dan mencakar
Menggaruki rasa gatal di sukmanya
(Blues Untuk Bonnie, Rendra)

CERITA BUAT DIEN TAMAELA
Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu.
Beta Pattirajawane
Kikisan laut
Berdarah laut.
Beta Pattirajawane
Ketika lahir dibawakan
Datu dayung sampan.
Beta pattirajawane, menjaga hutan pala.
Beta api di panta. Siapa mendekat
Tiga kali menyebut beta punya nama.
Dalam sunyi malam ganggang menari
Menurut beta punya tifa,
Pohon pala, badan perawan jadi
Hidup sampai pagi tiba.
Mari menari!
Mari beria!
Mari berlupa!
Awas jangan bikin beta marah
Beta bikin pala mati, gadis kaku
Beta kirim datu-datu!
Beta ada di malam, ada di siang
Irama ganggang dan api membakar pulau …
Beta Pattirajawane
Yang dijaga datu-datu
Cuma satu.
(Chairil Anwar)

BALADA TERBUNUHNYA ATMO KARPO
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi
Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para
Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu
Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang
Segenap warga desa mengepung hutan itu
Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo
Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang
Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri
Satu demi satu yang maju terhadap darahnya
Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka.
—Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal!
Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa.
Majulah Joko Pandan! Di mana ia?
Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa.
Anak panah empat arah dan musuh tiga silang
Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang.
—Joko Pandan! Di mana ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Bedah perutnya atapi masih setan ia
Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala
Joko Pandan! Di manakah ia!
Hanya padanya seorang kukandung dosa.
Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan
Segala menyibak bagi reapnya kuda hitam
Ridla dada bagi derinya dendam yang tiba.
Pada langkah pertama keduanya sama baja.
Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo
Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka.
Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka
Pesta abulan, sorak sorai, anggur darah
Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang
Ia telah membunuh bapaknya.
 (WS Rendra)